Beasiswa LPDP (Experience, Tips & Trick) Chapter 2: Seleksi LGD
Bonjour!
Alhamdulillah, aku dinyatakan lolos seleksi
administrasi dan bersiap untuk seleksi tahap selanjutnya, yakni Seleksi LGD dan
Wawancara. Seleksi LGD dan wawancara di selenggarakan secara serial dari kota
satu ke kota lain. Kebetulan, Surabaya, kota domisiliku mendapat jatah seleksi
paling akhir dari seluruh kota. Sehingga aku
memiliki banyak waktu untuk mempersiapkan banyak hal. Waktu itu ada
sekitar 3 minggu untuk aku mempersiapkan diri. Di chapter ini akan ku bahas
detil serba-serbi seleksi Leaderless Group Discussion (LGD).
Setelah ditetapkan lolos, aku mendapatkan email
tentang jadwal seleksi wawancara dan LGD yang dilaksanakan. Di email itu,
terdapat detail teknik pelaksanaan wawancara dan LGD. Bersyukurnya aku
mendapatkan hari yang sama untuk kedua seleksi itu. Nama-nama yang akan satu
kelompok LGD dengan ku juga sudah rapi terbagi oleh tim LPDP.
Pada prinsipnya, LGD dari LPDP ini akan serupa
dengan seleksi group discuss yang
pernah kita temui semasa mencari kerja. Yap, sama-sama diskusi kok, cumaaa, topik
pembahasan dan metode jalannya diskusi yang bakal membedakan dengan yang
diskusi lainnya. Kalau di FGD -istilah yang biasa dipake pas seleksi kerja- ada
moderator pengarah diskusi, di LGD nggak bakal ada.
Pada sistem LGD, kita disajikan suatu permasalahan
yang HOT & HITS di akhir minggu itu. Biasanya tim LPDP ambil beberapa
permasalahan dari koran atau media elektronik. Nah, pada saat LGD berlangsung,
kita diminta untuk mendiskusikan permasalahan tersebut beserta mengeluarkan
satu solusi konkrit dan realistis.
Nah, yang susah adalah bagaimana diskusi tersebut
bisa jadi berkualitas tanpa adanya moderator, tanpa ada arahan sebelumnya, dan
gimana caranya kita bisa melebur menyatu menyajikan satu solusi konkrit yang
juga berkualitas. Bayangin, kita bakal dipertemukan dengan orang-orang yang
nggak kita kenal dan, selama 20 menit berdiskusi nggak mau tau gimana caranya
kita harus bisa se-frekuensi sama para strangers
itu. Hmm.
Teknis LGD sendiri cukup sederhana, yakni:
1.
Kita akan dibagi
menjadi kelompok-kelompok dimana satu kelompok akan terdiri dari 8-10 peserta
seleksi.
2.
Sebelum memulai
LGD, kelompok diberikan waktu tunggu selama kurang lebih 15 menit untuk
mempersiapkan diri. (Waktu tunggu ini, dulu ku pergunakan untuk mengenal
anggota kelompokku lebih dekat, dan sedikit berkoalisi tentang terlaksananya
LGD, hahaha)
3.
Saat LGD
berlangsung, akan ada briefing singkat dari psikolog sekaligus pembagian kasus.
Awalnya kami diberikan waktu 5 menit untuk membaca dan memahami kasus.
4.
Kemudian kami
diberikan waktu 40 menit untuk diskusi.
5.
In the last
minute, akan ada 1 orang yang me-review seluruh kesimpulan/garis besar diskusi.
Bicara soal topik, tentunya setiap periode seleksi
akan memiliki topik yang berbeda-beda. Karena LPDP memberikan topik sesuai
dengan berita terkini atau istilahnya, yang lagi HOT. Biasanya berita tersebut
dimuatdi koran Kompas atau media elektronik seperti detik.com. Sewaktu LGD, aku
mendapatkan tema “Pengaruh Budaya Asing terhadap Indonesia”.
Berdasarkan referensi teman lainnya, topik-topik
yang muncul di periode seleksi ku waktu itu adalah UU Minerba, Ujian Nasional,
HIV/AIDS di Papua, KPV vs. POLRI, Lapindo, Kurikulum 2013, Hukuman mati untuk
koruptor dan ISIS. Kebayang lah, waktu itu masih bulan Februari 2015 dan semua
kasus tersebut adalah berita HOT di eranya.
Then, what should we do and don’t? Check this out!
Do’s :
1.
Bring your beloved note
Jangan lupa bawa note, atau paling
enggak kertas kosong dan satu bolpoin untuk sekedar corat-coret ide pada saat
LGD berlangsung. Jangan lupa juga untuk mencatat setiap pendapat yang muncul,
ini memudahkanmu membuat kesimpulan nantinya.
2.
Read Carefully, Analyze it!
Baca kasusnya baik-baik, analisa core
masalahnya. Buatlah sebuah coret-coretan sederhana, at least ada mind map
dimana disitu memuat konten 5W+1H. It will help you a lot, to analyze every
problem given.
3.
The Problem is
Extremely Wide, Take a Side of View.
Suatu kasus tersebut akan menjadi sangat
luas, ambillah sebuah sudut pandang dari kasus tersebut. Satu pandangan saja
sudah sangat cukup untuk menjadi bahan analisa untuk kemudian diutarakan.
Misalnya, sewaktu aku mendapat topik
Pengaruh Budaya Asing: Mengapa budaya Indonesia tidak bisa menjadi tuan rumah
di negara sendiri?, saat itu aku langsung berpikir solusi konkrit bagaimana
budaya Indonesia tetap eksis dari sudut pandang “Kebiasaan/Habit”, karena budaya Indonesia itu menurutku adalah bagaimana kita
terbiasa dengan mereka, kemudian tertarik, lalu menjadi suka, dan akhirnya
menjadi bangga.
4.
Understand? Start it!
Kalau kamu sudah bisa mengerti dengan
gamblang tentang isi topik, core masalah, dan tahu solusinya, jadilah yang
pertama membuka diskusi. Kebanyakan, ketika juri menyatakan dimulai, maka yang
terjadi adalah keheningan, perang batin, lirik sana sini yang jelas-jelas takes
time banget lah. Yang kaya gini ini harusnya di hindari. Jadi, harus yakin dan
percaya sama diri sendiri.
5.
Don’t Understand? Wait. Let the other start.
Kalau belum mengerti topiknya, lebih
baik diam dulu. Ikuti alur diskusi, pahami perbincangannya.
6.
Wanna Speak Up? Wait. Appreciate them first.
Sebelum kamu yakin untuk mengutarakan
pendapat, jangan lupakan keywords berikut: “Smile, Polite & Simple”
atau “SPS”. Smile, berikan senyuman terbaikmu. Polite, ucapkan secara sopan
pendapatmu. Simple, jangan pernah utarakan pendapat yang ruwet nan mbulet, to
the point aja. Mengapa harus SPS? Karena orang yang memiliki ide yang baik tapi
cara penyampaiannya kurang baik (mbulet, ruwet, gak karuan) juga akan dinilai
rendah.
Nah, jangan lupa juga untuk
mengapresiasi pendapat teman-teman kamu. Misalnya.
· Terima kasih atas
kesempatan yang diberikan saudara X, saya juga sependapat dengan anda, oleh
karena itu menurut saya blablablabla............ Apakah ada tambahan dari
rekan-rekan yang lain? (untuk menambahkan pendapat)
·
Saya suka sekali
ide yang disampaikan oleh saudara Y, dan menurut saya beberapa faktor lain
seperti ................... juga perlu dipertimbangkan karena ...................
(untuk menyampaikan pendapat lain dengan sudut pandang berbeda)
7.
Still can’t speak and don’t know what to speak? Be a
Summarizer!
Terkadang, ada beberapa orang yang
benar-benar tidak mengerti kasus tersebut. Alasannya banyak, bisa karena memang
tidak belajar, kurang membaca sehingga pengetahuan minim, atau memang kasus
tersebut tidak sejalan dengan bidang ilmu mereka. Sehingga akhirnya mereka sama
sekali bingung mau bilang apa pada saat diskusi berlangsung. Nah, masih ada
satu solusi, yakni menjadi Summarizer! Apakah itu?
Selama jalannya diskusi, akan sangat
mungkin muncul berbagai sudut pandang yang berbeda dari teman-teman yang lain.
Bahkan, bisa-bisa malah keluar dari koridor permasalahan atau dengan kata
lalin, melebar. Nah, ini adalah PR besar bagi kamu kamu yang BELUM NGOMONG SAMA
SEKALI atau buat yang BINGUNG MAU NGOMONG APA. Kamu bisa mulai mencatat dari
awal, mendengarkan dengan baik jawaban-jawaban teman, dan menganalisa
jawaban-jawaban dari mereka, sekiranya mana aja sih yang sejalur dan tidak
sejalur. Lalu kamu bisa tarik benang merah dari semua jawaban untuk kemudian dirangkum
menjadi sebuah kesimpulan besar. Nah, kesimpulan besar ini lah yang nantinya
akan disodorkan sebagai solusi konkrit atau hasil dari LGD kita.
Jujur saja, cara ini memang agak susah
juga bagi mereka yang nggak terbiasa menganalisis suatu perkara. But you don’t have choices, be a summarizer
OR the judges won’t let you pass.
Don’t :
1.
Dominating
Jangan sekali-kali menjadi orang yang
overtalk dalam diskusi. Kalau saya, 2 kali berpendapat cukup dan tiap-tiapnya
tidak lebih dari 2 menit. Karena dengan mendominasi diskusi, anda akan dianggap
arogan dan kurang bisa mengakomodir pendapat teman-teman anda dengan memberikan
kesempatan berpendapat.
2.
Never Cut their Opinion.
Jangan juga sekali-kali memotong
pembicaraan rekan-rekan kamu. Hal ini akan membuatmu tampak tidak bisa mengatur
emosi saat diskusi.
3.
Never Speak Up and No Words
Nah, yang ini nih yang paling parah nih.
Jangan sampee kita nggak ngomong sama sekali pada saat diskusi. Sudah bisa
dipastikan kamu nggak lolos seleksi kalo kamu PASIF.
Setelah seleksi LGD usai, maka next challenge adalah
seleksi interview. Hmm.. What should we do? Let’s see in Chapter 3!
Assalamualaikum, mas satria terimakasih blognya sangat mencerahkan sekali terutama bagi saya yang ingin apply beasiswa LPDP. Rencana sih oktober nanti, insyaalloh, tapi ada beberapa kendala sih seperti ijazah asli saya masih disimpan kantor pusat, kebetulan saya masih bekerja di salah satu bank di indonesia dan akan diberikan jika saya mengundurkan diri. Dulu dari kampus diberi dua ijazah sih satu lagi berbahasa Inggris, apa bisa pake yang itu aja ya mas? sama satu lagi mas, LGD itu in english atau indonesia mas? terimakasih sebelumnya.
BalasHapusWaalaikumsalam,
HapusHalo Siska, salam kenal ya.
Anyway, saya tidak yakin apakah menggunakan ijazah bahasa inggris bisa atau tidak. Menurut saya tidak bisa, karena kalau bisa pun, ketika lolos administrasi, pasti akan diminta ijazah asli Siska untuk dibandingkan dan di validasi apakah ijazah translate-nya cocok dengan ijazah aslinya atau tidak.
Lalu yang kedua, LGD berlangsung dalam bahasa Indonesia.
Semoga jawabannya membantu ya. Semoga sukses untuk apply LPDPnya ya.
Dear mas Satria,
BalasHapusTerimakasih ya atas tulisannya :) Jujur saat ini saya lagi deg-degan untuk LGD nanti . . karena honestly, I am not quite sure if I know what's on the news . . But I am trying my best to keep watching Metro TV, TV One or just read some newspapers . . but thank you ya mas atas saran dan tipsnya :) Sukses selalu untuk beasiswa Mas Satria juga :)
Halo mba Nurdahlia. salam kenal
Hapusmaaf ya baru sempat balas.
Sebelumnya sy ucapkan selamat ya. Saya doakan semoga lancar dan dimudahkan tesnya. Ditunggu kabarnya jadi next awardee lpdp. amiin